PENDAHULUAN
Banyak orang
mengartikan kemerdekaan sebagai kebebasan dari penjajahan suatu bangsa atas
bangsa lain. Untuk konteks Indonesia, pemaknaan seperti itu sudah tidak tepat
diartikulasikan dalam konteks kekinian. Pasalnya, Indonesia sudah merdeka dari penjajahan
sejak 69 tahun yang lalu.
Apalagi, bentuk penjajahan gaya baru kelihatan sudah mulai dominan. Penjajahan dalam bidang ekonomi, ideologi, sosial, budaya, dan juga media belakangan semakin mengkhawatirkan. "Boleh jadi kita bebas dari penjajahan bangsa lain, namun belum tentu kita bebas dari penjajahan dalam bidang-bidang yang disebutkan di atas. bangsa ini belum tentu bebas dari penjajahan dalam bidang politik. "Kepentingan-kepentingan asing atas sumber kekayaan alam kita terkadang menyebabkan panggung politik kita diintervensi oleh kekuatan asing. Targetnya, agar arah pengelolaan sumber daya alam kita bisa diatur demi keuntungan pihak-pihak asing. penjajahan gaya baru ini bisa jadi lebih berbahaya dari penjajahan di masa lalu. "Kalau dulu, musuh kita jelas. Sekarang, kita tahu persis ada musuh yang mengancam, tetapi tidak kelihatan siapa aktor-aktor intelektualnya,
Apalagi, bentuk penjajahan gaya baru kelihatan sudah mulai dominan. Penjajahan dalam bidang ekonomi, ideologi, sosial, budaya, dan juga media belakangan semakin mengkhawatirkan. "Boleh jadi kita bebas dari penjajahan bangsa lain, namun belum tentu kita bebas dari penjajahan dalam bidang-bidang yang disebutkan di atas. bangsa ini belum tentu bebas dari penjajahan dalam bidang politik. "Kepentingan-kepentingan asing atas sumber kekayaan alam kita terkadang menyebabkan panggung politik kita diintervensi oleh kekuatan asing. Targetnya, agar arah pengelolaan sumber daya alam kita bisa diatur demi keuntungan pihak-pihak asing. penjajahan gaya baru ini bisa jadi lebih berbahaya dari penjajahan di masa lalu. "Kalau dulu, musuh kita jelas. Sekarang, kita tahu persis ada musuh yang mengancam, tetapi tidak kelihatan siapa aktor-aktor intelektualnya,
Selama 69 tahun kita merdeka dari
penjajahan bangsa asing, tapi kita belum merdeka dari penjajahan masa kini.
Masih banyak orang yang terjajah oleh penjajah ini yang membuat negara kita dan
para pemuda menjadi hancur. Penjajah masa kini dapat dilawan dengan iman,
taqwa, dan akal sehat manusia. Penjajah – penjajah masa kini contohnya yaitu:
- Narkoba.
- Korupsi.
- Terorisme.
- Seks bebas.
- Tindak kriminal.
- Penyalah gunakan IT, dll.
- Narkoba.
Narkoba
adalah singkatan dari Narkotika, obat, dan bahan berbahaya. Narkoba dikenal
sejak zaman dahulu dan ada yang mengatakan berawal dari bangsa Sumeria di
Mesopotamia sekitar tahun 3400 SM dengan sebutan Hul Gil atau tanaman
kegembiraan (Opium), kemudian dikenalkan pada bangsa Assyrians, Babilonia, dan
sampai ke Mesir. Semakin berkembangnya opium sampai menjadi bahan komuditi
perdagangan lintas Negara. Penggunaan opium menjadi bahan pengobatan dikenal
sejak “bapak pengbatan” Hippocrates membuang efek negatif candu dan mengakuinya sebagai bagian dari
pengobatan penghilang rasa sakit untuk menahan pedarahan pada pengobatan
penyakit dalam, penyakit pada wanita, serta wabah. Hal ini di kenal sekitar 460
SM. Candu mulai dikenal padda bangsa Persia, India, dan Cina oleh pedagang Arab
sekitar tahun 400SM. Sejak itu candu menghilang dari sejarah Eropa dan merupakn
hal yang tabu untuk dibicarakan. Candu dikenal lagi sekitar abad 15 setelah
Paracelsus mengenalkan opium sebagai obat yang disulap menjadi pil hitam yang
dikenal dengan sebutan Stones of Immortaly (Batu Keabadian) sebagai penawar
rasa sakit.
Candu
mulai dikenal di kawasan Asia Tenggara sekitar abad ke-18, tepatnya sekitar
tahun 1856 M, sejak para pedagang Eropa mulai masuk ke kawasan Asia Tenggara.
Puncaknya pada era tahun 1940-an kawasan Asia Tenggara merupakan produksi opium
terbesar yang mempengaruhi perdagangan opium di dunia. Pedagang Inggris membawa
opium dengan jumlah besar ke Amerika Serikat. Walaupun dengan pajak yang tinggi
mereka menyetujuinya, sebab kosumen narkoba sangat menjanjikan keuntungan
besar. Sejak itu produksi opium sangat tinggi di kawasan Asia Tenggara.
Pada
abad sekarang ini dengan teknologi yang demikian canggih produksi narkoba
semakin mudah dan semakin besar produksinya. Para pemakai akan semakin mudah
mendapatkan barang haram tersebut. Masa remaja merupakan masa yang sangat
rentan pada penyalahgunaan narkoba, Karen pada masa ini situasi dan kondisi
remaja mengalami gejala perubahan yang memudahkan untuk tergoda barang haram tersebut. Beberapa
perubahan yang dialami atau dirasakan remaja seperti :
- perubahan fisik,
- emosional,
- intelektual,
- seksual,
- sosial.
Pengaruh
dari semua perubahan yang para remaja alami itu, akan membawa dampak pada sikap
sehari-hari dalam pergaulan, baik di sekoalah, rumah, atau di masyarakat.
Pengaruh yang dirasakan remaja dari perubahan yang dialaminya selama dalam
pergaulan itu di antaranya :
1. pencarian jati diri,
2. pemberontakan jiwa,
3. pendirian labil,
4. minat berubah-ubah,
5. mudah terpengaruh,
6. dorongan rasa ingin tahu sangat kuat.
Pada
masa perubahan ini tidak menutup kemungkinan seorang remaja suatu saat bertemu
dengan orang yang menawarkan narkoba. Dia akan mudah untuk mencobanya akibat
sifat dari rasa ingin tahu yang sangat besar terhadap hal yang baru, atau di
saat situasi dirinya mengalami kendala hidupnya ia akan mencari sesuatu untuk
lepas dari kendala itu dengan cara menggunakan narkoba.
Penyalahgunaan
narkoba adalah penggunaan narkoba oleh seseorang bukan unutk tujuan pengobatan
, melainkan agar menikmati pengaruhnya. Faktor-faktor yang mendorong sorang
remaja terjerumus ke dalam penylahgunaan narkoba antara lain :
1. pengendalian diri
yang lemah dan cenderung mencari sensasi,
2. kondisi kehidupan
keluargan,
3. tempramen sulit,
4. mengalami gangguan
perilaku,
5. suka menyendiri dan
suka memberontak,
6. prestasi sekolah
rendah,
7. tidak diterima di
kelompok sebaya,
8. berteman dengan
pemakai narkoba,
9. bersikap terhadap
pemakai narkoba,
10. mengenal narkoba di usia dini.
Apabila
kita mengetahui ada faktor-faktor di atas yang mungkin ada dalam diri kita
secepatnya kita mengantisipasinya, jangan sampai kita terjerumus pada lembah
hitam yang sangat merugikan kita sendiri. Jenis-jenis narkoba antara lain:
1. Ganja
Ganja adalah jenis narkoba yang
dikandung di dalam tanaman Ganja dan dipakai setelah dikeringkan. Penggunaan
dengan cari dihisap. Ganja menyebabkan daya khayal tinggi dan persepsi
pendengaran dan penglihatan lebih
semarak.
2. Heroin/Putauw
Heroin merupakan narkotika golongan 1 berupa serbuk putih. Digunakan dengan cara disuntiksn ke dalam pembuluh darah atau dihisap setelah dibakar. Menyebabkan kantuk, menghilang rasa nyeri, perhatian dan daya ingat terganggu, membuat pupil mata mengecil dan gerakan lamban.
3. Obat Penenang/Obat Tidur
Jennies
narkoba ini bekerja menekan kerja otak, seperti: Pil BK, Dum, MG, Rohyp, Lexo,
Pil koplo, umumnya digunakan dengan diminum. Pemakai akan tenang, kantuk, jaln
sempoyongan, gerak lamban, bila dosis besar akan terjadi koma.
4. Ekstasi(XTC)
Narkoba
ini termasuk jenis amfetamin atau stimulant untuk meningkatkan kerja otak,
dibuat pabrikk dengan warna-warni. Penggunaan dilakukan diminum. Jenis
psikotropika golongan 1 . Dampak pemakian antara lain orang akan menjadi
gembira, percaya diri, mudah akrab, berkeringat, haus, bergerak terus, rahang
berkerut, bola mata bergerak-gerak, gemetar, sulit tidur, jantung berdebar.
5. Shabu-Shabu
Jenis
narkoba amfetamin psikotropika 1 dengan bentuk kristal putih, dengan cara
pemakain di taruh di dalam rokok, disedot melalui hidung. Dampaknya orang jadi
gembira, rasa percaya diri, kemudian jadi murung, dan menimbulkan halusinasi,
sulit tidur, jantung berdebar, sikap agresif, berbuat keji, akal sehat hilang,
akan ketergantungan, gangguan jiwa, dan menimbulkan penyakit Parkinson.
6. Inhalansia
Zat
yang digunakn merupakan merupakan gambungan bahan kimia yang mudah menguap,
seperti: thiner, aerosol, lem, bensin, dan lain-lain. Dampak dari pemakian
yaitu, kondisi tubuh jadi gembira, jalan sempoyongan, bicara cadel, ngantuk,
tidur, koma, dan mati.
7. Alkohol
Ada
beberapa minuman beralkohol dengan takaran atau kadar alkohol/ etanol, minuman
keras golongan A kadar etanol 1-5% seperti Bir, minuman keras golongan B kadar
5-20% seperti jenis minuman anggur, minuman keras golongan C kadar 20-45%
seperti wiski, rum, gin, vodka, brandi, dll. Dampak bagi pemakainya adalah
rileks, mabuk, gangguan koordinasi tabuh, rasa malu dan takut berkurang.
8. Nikotin
Nikotin
merupakan racun yang terkandung di dalam tembakau yang menyebabkan
ketergantungan, dan masuk ke dalam tubuh dengan cara hisapan rokok, cigarette,
cerutu. Dampak bagi perokok gigi dan kuku berwarna cokelat, denyut jantung
bertambah, tekanan darah meningkat, selain itu akan menyebabkan kanker,
jantung, dan paru-paru
Perbedaan penjajahan zaman dahulu dan
sekarang
[1] Penjajahan modern tidak memakai
serangan militer, perang, pengerahan senjata, dll. tetapi lebih banyak memakai
sarana: pemberian hutang luar negeri, investasi, pembelian asset nasional
dengan harga murah, memaksakan mata uang dollar sebagai standar ekonomi,
kontrak karya pertambangan yang monopolis dan licik, menanam agen-agen di
berbagai sektor kehidupan, dll.
Penjajahan
modern tidak tampak seperti penjajahan, tetapi dampaknya sangat terasa. Persis
seperti logika “bau kentut”; bentuknya tidak kelihatan, tetapi busuknya membuat
orang menutup hidung.
[2] Penjajahan klasik sangat jelas siapa
lawan yang dihadapi, sebab pasukan musuh melakukan invasi ke sebuah negara.
Sedangkan penjajahan modern, tidak perlu pengerahan pasukan. Penjajahan
dioperasikan dari jauh melalui sambungan telepon, fax, email, telekonferensi,
surat-menyurat, kurir, dll. Para penjajah modern tidak perlu susah-payah
berperang, sehingga tangan berdebu dan jatuh korban. Mereka cukup menjajah
sebuah negara, misalnya Indonesia, dari kejauhan.
[3] Penjajahan klasik sangat disadari
oleh masyarakat yang dijajah. Mereka amat sangat tahu kalau dirinya sedang
dijajah, sebab pasukan musuh mondar-mandir di depan hidung mereka. Tetapi
penjajahan modern amat sangat sulit dipahami oleh rakyat. Mereka merasa hidup
baik-baik saja, padahal sejatinya sedang dijajah. Ditambah lagi, Pemerintah
suatu negara selalu mengklaim sedang melakukan pembangunan, pembangunan, dan
pembangunan; padahal sejatinya, kekayaan negeri mereka terus dijarah oleh para
kolonialis.
Seperti
di Indonesia ini. Setiap hari rakyat disuguhi tontonan hiburan oleh RCTI, SCTV,
TransTV, Trans7, ANTV, GlobalTV, MNC TV (dulu TPI), dll. Tontonan bisa berupa
musik, film, kartun, sinetron, lawak, kuiz, reality show, hiburan pengajian,
sepakbola, hobi, kuliner, dll. Itu masih ditunjang oleh hiburan lain seperti
video, internet, bioskop, kaset, CD/DVD, dll. Masyarakat merasa hidupnya
baik-baik saja, tenang-tenang saja, banyak hiburan. Padahal semua hiburan itu
hanyalah menipu akal mereka. Agar mereka tidak sadar kalau negaranya sedang
dijajah oleh orang-orang asing; agar mereka tidak sadar kalau harta kekayaan
negaranya terus dikuras oleh perusahaan-perusahaan asing.
Anak-anak
muda yang sangat potensial disibukkan oleh tontonan bola, rokok, narkoba,
pornografi, dan seks bebas. Akal mereka tidak bisa berjalan normal karena sudah
dihabisi oleh bola, rokok, shabu-shabu, video mesum, dan perzinahan.
Na’udzubillah wa na’udzubillah min dzalik. Misalnya, di Bandung ada ratusan
ribu penggemar Persib yang sangat fanatik kepada klub asli Bandung itu. Tetapi
dari ratusan ribu Bobotoh Persib itu, berapa orang yang berani menentang
penindasan ekonomi oleh perusahaan-perusahaan asing? Paling hanya 6 atau 7
orang saja. Urusan bola, disembah-sembah seperti berhala; tetapi urusan
ekonomi rakyat, diabaikan begitu saja. (Miris kalau memikirkan anak-anak muda
ini. Akalnya seperti tidak berfungsi, padahal sehari-hari mereka juga hidup susah).
[4] Penjajahan klasik biasanya dilakukan
oleh suatu negara tertentu. Misalnya negara Nashrani seperti Inggris, Perancis,
Portugis, atau Spanyol. Satu wilayah dikuasai oleh satu negara saja. Tetapi di
jaman modern ini, penjajahan berlangsung sangat dahsyat. Seperti terjadi di
Indonesia, negara penjajah berasal dari banyak negara, seperti: Amerika,
Inggris, Jepang, China, Korea, Australia, Belanda, Singapura, Taiwan, Jerman,
Belgia, Finlandia, Denmark, dll. Mereka berasal dari aneka bangsa, tetapi
tujuannya satu, yaitu: mengeruk kekayaan kita untuk diangkut ke negeri
masing-masing. Caranya bisa berkedok kerjasama bisnis, investasi, perdagangan,
penjualan teknologi, konsultasi teknik, dll.
[5] Penjajahan klasik diakui secara
kesatria oleh pelakunya sebagai penjajahan. Tetapi penjajahan modern tidak
demikian. Mereka tidak pernah mengaku sebagai penjajah, tetapi selalu berkedok
investasi, kerjasama perdagangan, memberi pinjaman hutang, membeli asset-asset,
membeli SUN, dll. Intinya, menyedot kekayaan kita, tetapi caranya tampak sopan,
halus, dan modern. Tetapi hakikatnya ya mengeruk kekayaan itu. Karena inti
penjajahan memang: mengeruk harta benda negara lain
secara licik! Covernya bisa macam-macam, tetapi intinya seperti
semboyan penjajahan klasik dulu, “Gold, Gospel, Glory.”
[6] Dalam
penjajahan lama, semua kalangan nasional berusaha melakukan perlawanan kepada
penjajah. Kecuali kaum pengkhianat yang menjadi jongos para penjajah. Dalam
penjajahan modern, praktik penjajahan itu justru difasilitasi oleh negara,
difasilitasi oleh birokrasi, difasilitasi oleh para pejabat, bahkan didukung
oleh anggaran APBN/APBD. Ini luar biasa. Pemerintahan suatu negara justru
berjuang dengan mengerahkan APBN/APBD untuk memuluskan agenda-agenda penjajahan
asing. Masya Allah, betapa terkutuknya perilaku para pejabat negara itu.
Contoh,
mereka mengundang komisi dari IMF, atau Bank Dunia, atau CGI, atau WTO, atau
CAFTA, dll. Komisi-komisi itu datang dengan membawa proposal kerjasama yang
menguntungkan diri mereka sendiri. Pejabat-pejabat kita hanya bisa
manggut-manggut, menyetujui, memberi tanda tangan, dll. Tidak ada perlawanan,
penolakan, atau ketegasan sama sekali. Para anggota komisi itu sudah tahu
kuncinya, “Kasih saja pejabat Indonesia dengan cewek cantik dan uang satu
miliar. Dijamin mereka akan diam seribu bahasa.” Anggota komisi itu rapat di
gedung negara, memakai fasilitas negara, diberi pelayanan dengan anggaran
negara, diberi cindera mata dari anggaran negara, dll. Intinya, negara
memfasilitasi para penjajah untuk menindas rakyat negeri itu sendiri.
Sementara
rakyat negeri itu sendiri terus asyik nonton sinetron Cinta Fitri, nonton Opera
Van Java, terus asyik joget dangdut, terus asyik tawuran setelah nonton bola,
terus asyik main FB, terus asyik nonvon video Ariel Superporn,… Seakan otak
mereka tidak berisi apa-apa, selain lumpur.
[7] Dalam penjajahan lama, setiap upaya
perlawanan menentang penjajah akan dibela mati-amtian oleh rakyatnya. Kalau
perlu dibela dengan diberi makan nasi bungkus, singkong rebus, ikan asin, atau
lauk terasi. Tetapi penjajahan modern sama sekali berbeda. Negara justru
mengerahkan APBN untuk memerangi benih-benih perlawanan itu. Caranya, dengan
mengembuskan fitnah terorisme. Masyarakat ditakut-takuti dengan kampanye
seperti, “Awas teroris! Waspada terorisme! Teroris musuh bersama!” Foto teroris
dipampang dimana-mana, penangkapan teroris selalu mendapat liputan khusus dari
TVOne, anggota Densus88 bergerak melakukan penangkapan, penembakan,
penggerebekan, dll. Semua itu dalam rangka menciptakan suasana takut di hati
masyarakat dan penyesatan opini.
Sementara
aparat keamanan itu tidak pernah peduli dengan kenyataan lain, berupa
pengerukan kekayaan nasional oleh negara-negara asing, penindasan bisnis rakyat
oleh perusahaan-perusahaan asing, penghancuran lingkungan, penghancuran budaya,
penghancuran sosial, yang dilakukan bangsa-bangsa asing. Seharusnya, mereka
menyergap para penjajah itu dengan kehebatan aksi-aksi Densus88, bukan
menciptakan ketakutan nasional melalui isu terorisme.
[8] Indonesia pernah dijajah Belanda (dan
VOC) selama sekitar 350 tahun. Selama itu, kita umumnya hanya kehilangan
rempah-rempah, sedikit batu bara, sedikit minyak bumi. Dari sisi kekayaan tidak
terlalu besar, apalagi rempah-rempah itu sifatnya bisa ditanam kembali. Tetapi
setelah Indonesia merdeka tahun 1945 lalu, setelah kini berjalan 65 tahun,
nyaris kita telah kehilangan segala-galanya. Hutan dibabat, aneka barang
tambang dikeruk, hasil tanaman diambil, ikan dicuri, lingkungan dirusak,
perusahaan dibeli, surat berharga negara diborong, catatan hutang makin
menumpuk, sungai dikuasai, sumber-sumber energi dikuasai, bahkan pasar
kebutuhan umum juga dikuasai barang-barang asing. Sejak urusan mesin, mobil,
computer, listrik, piranti pendidikan, percetakan, tekstil, garmen, makanan,
makanan bayi, susu, obat-obatan, sarana hiburan, sampai urusan kecil seperti
kecap, saus, sambel, terasi, sabun, sampo, dll. semuanya sudah dikuasai asing.
Kita hanya kebagian ampas dan menjadi jongos asing saja.
#repost